Pulau Kalimantan atau Pulau Borneo adalah pulau yang terdapat tiga negara di dalamnya. Untuk bagian yang termasuk wilayah Indonesia terbagi menjadi lima provinsi, yaitu Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Provinsi Kalimantan Selatan sendiri beribukota di Kota Banjarmasin, di kota ini terdapat satu klub yang berkompetisi di level tertinggi persepakbolaan Indonesia yaitu PS Barito Putera. Lalu bagaimana sejarah berdirinya klub berjuluk Bekantan Hamuk ini?
H. Sulaiman HB, Pendiri PS Barito Putera |
Barito Putera dibentuk pada tanggal 21 April 1988, pembentukan ini mempunyai harapan agar memajukan sepakbola di Kalimantan Selatan. Lahir dari inisiatif H. Sulaiman HB, yang saat itu sedang mempertaruhkan nyawa di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta karena dihadapkan pada operasi besar. Pada awal berdirinya, klub yang juga memiliki julukan Laskar Antasari ini langsung mengikuti Galatama (Liga Sepakbola Utama) yang saat itu merupakan liga semi profesional pertama di Indonesia.
Pada keikutsertaanya yang pertama, PS Barito Putera mengandalkan pemain-pemain jebolan PON Kalimantan Selatan tahun 1988 seperti, Radiani, Tarmizi (asal Barabai), Masransyah (asal Rantau), Abdillah, Sultan (asal Martapura), dua bersaudara M.Yusuf dan M. Riduan, Sear Yusuf Huwae, Enong Noordiansyah, dan Marjono (asal Banjarmasin). Selain itu, Barito yang pada tahun tersebut di manajeri oleh M. Hatta juga mendatangkan pemain asal luar daerah seperti dari Ujung Pandang (saat ini nama berubah menjadi Makassar) ada Agus Salim, Muchtar dan Abunawas. Dari Bandung mereka mendatangkan M. Yunus, Nadir Salasa dari Surabaya, Sugiarto dari Malang dan Priyo Haryadi dari Jakarta. Dengan materi tersebut PS Barito Putera hanya mampu bertengger di peringkat 18 dari 18 peserta.
Pada keikutsertaanya yang pertama, PS Barito Putera mengandalkan pemain-pemain jebolan PON Kalimantan Selatan tahun 1988 seperti, Radiani, Tarmizi (asal Barabai), Masransyah (asal Rantau), Abdillah, Sultan (asal Martapura), dua bersaudara M.Yusuf dan M. Riduan, Sear Yusuf Huwae, Enong Noordiansyah, dan Marjono (asal Banjarmasin). Selain itu, Barito yang pada tahun tersebut di manajeri oleh M. Hatta juga mendatangkan pemain asal luar daerah seperti dari Ujung Pandang (saat ini nama berubah menjadi Makassar) ada Agus Salim, Muchtar dan Abunawas. Dari Bandung mereka mendatangkan M. Yunus, Nadir Salasa dari Surabaya, Sugiarto dari Malang dan Priyo Haryadi dari Jakarta. Dengan materi tersebut PS Barito Putera hanya mampu bertengger di peringkat 18 dari 18 peserta.
Kebangkitan di Era Liga Indonesia
Kebangkitan Barito Putera dimulai dengan tanda ketika mereka mengontrak Salahudin sebagai pelatih pada tahun 2007 yang ditahun yang sama berhasil membawa Persepar Palangkara juara I Divisi II Liga Indonesia. Pada 2008, PS Barito Putera langsung dibawanya menjadi juara Divisi II Liga Indonesia sehingga mereka berhak promosi ke Divisi I Liga Indonesia. Tahun pertama di Divisi I Liga Indonesia, Barito Putera berhasil menembus babak 8 besar yang membuat mereka berhak lolos ke Divisi Utama Liga Indonesia. Pada tahun kedua di Divisi Utama Liga Indonesia tepatnya di musim 2011/2012, PS Barito Putera yang saat itu masih dilatih oleh Salahudin berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Persita Tangerang sehingga berhak lolos ke kasta tertinggi yaitu Indonesia Super League atau sekarang yang dikenal menjadi Liga 1 Indonesia.
Sumber: wikipedia.org
Foto: wikipedia.org, betstudy.com
0 komentar :
Posting Komentar